GfWlGUW8TfGiBSGiTUW0GfGlGA==

Kala Hujan Turun dan Kamu

kala hujan turun dan kamu

Apakah kamu termasuk orang yang menyukai hujan? Aroma tanahnya yang khas, gemericik suaranya, dan udaranya yang dingin.

Juga suasananya yang tak jarang membuat kamu merindukan  seseorang, atau membuatmu kembali menjelajahi masa silam.

Hujan selalu memiliki kesan tersendiri bagi setiap orang. Ada kesan romantis, ada kesan mistis, ada juga kesan melankolis. Namun, mari kita lupakan dua yang terakhir.

Hujan selalu memiliki kisahnya tersendiri. Termasuk bagi seorang penyair yang begitu identik dengan hujan. Seringkali kata "hujan" menghiasi setiap sajaknya.

Seorang penyair yang begitu lekat dengan puisinya yang berjudul "Hujan Bulan Juni". Dan telah dialihwahanakan ke berbagai medium; lagu, novel, komik, dan film.

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu 
(Sapardi Djoko Damono)

Puisi yang romantis, penuh keikhlasan dan rasa tulus. Namun, saya tidak akan membahasnya lebih jauh. Silakan memaknai dan menafsirkannya sendiri. Atau barangkali kamu juga bisa kirim dan bacakan kepada seseorang yang barangkali.

Hujan entah mengapa seringkali membuat saya teringat seseorang. Perasaan-perasaan yang hangat. Keinginan untuk menyapa, juga keengganan untuk memulai percakapan.

Hujan selalu mampu memenjarakan saya dalam kebimbangan perasaan.

Setiap kali hujan turun, setiap itu selalu terbayang seseorang jauh di sana. Apakah ia juga menyukai hujan? Apakah ia memiliki perasaan yang sama tentang hujan. Perasaan yang hangat dan romantis. Atau justru sebaliknya.

Ia kerap kali dihantui mimpi buruk saat hujan turun. Dihantui perasaan takut, dibayangi perasaan ditinggalkan dan ditanggalakan seorang diri, dalam kalender waktu yang masih panjang.

Hujan barangkali membuat ia meringkuk dibalik selimut. Lalu berharap agar matanya segera terpejam, melupakan mata hujan.

Akan tetapi, semoga tidak. Semoga ia juga menyukai hujan. Memiliki perasaan yang sama dan memiliki kisahnya sendiri bersama hujan.

Kelak pada suatu hujan yang turun, aku akan menuliskan sajak untuknya. Sebuah sajak yang sederhana.

Kelak aku membayangkan ketika hujan
tubuhku berubah jadi pelukan
Memanjang, memelukmu di kejauhan

Aku membayangkan segelas kopi hangat di meja
cuma segelas, dan jemari kita saling memeluk satu sama lain
Kau menatap aku, aku menatap pantulan mataku di matamu

"Untukmu saja", kataku.

Biarkanlah aku hangat dalam pelukanmu




Sumber gambar : Photo by Amin Hasani on Unsplash 

1Komentar

Special Ads
Special Ads